PENJELASAN LAMBANG PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
Penjelasan Lambang
Konferensi diplomatik yang diadakan di Jenewa pada tahun 1864
mengadopsi tanda berupa palang merah di atas dasar putih, yang merupakan
kebalikan dari bendera Swiss. Namun, dalam perang Rusia-Turki
1876-1878, Kekaisaran Ottoman menyatakan akan menggunakan tanda berupa
bulan sabit merah, bukan palang merah, sebagai lambangnya dan akan tetap
menghormati lambang palang merah yang digunakan oleh pihak musuh.
Setelah itu, Persia juga memutuskan untuk menggunakan tanda yang lain,
yaitu singa dan matahari merah. Kedua lambang ini kemudian diakui oleh
konferensi diplomatik yang diadakan pada tahun 1929. Pada tahun 1980,
Republik Islam Iran memutuskan untuk mengganti singa dan matahari merah
dengan bulan sabit merah. Lambang palang merah dan bulan sabit merah
berhak memperoleh penghormatan sepenuhnya berdasarkan hukum
internasional. Namun, kadang-kadang timbul persepsi di sementara
kalangan bahwa kedua lambang ini memiliki konotasi budaya, agama, atau
politik tertentu. Hal ini dapat membahayakan pemberian perlindungan bagi
korban konflik bersenjata, dinas medis militer, dan pekerja
kemanusiaan.
Selain itu, hingga belum lama ini, Perhimpunan
Nasional yang tidak ingin menggunakan lambang palang merah ataupun bulan
sabit merah tidak dapat diakui sebagai anggota penuh Gerakan. Ini
mempersulit Gerakan mewujudkan prinsip kesemestaan (universality), yang
merupakan salah satu Prinsip Dasarnya, serta memperbesar kemungkinan
terus munculnya lambang-lambang baru. Untuk mengatasi masalah tersebut,
diusulkan pemberlakuan sebuah lambang baru yang bisa diterima oleh semua
Perhimpunan Nasional dan semua Negara. Gagasan ini sangat didukung oleh
Gerakan dan kemudian terwujud pada bulan Desember 2005, yaitu ketika
sebuah konferensi diplomatik memutuskan untuk mengakui kristal merah
sebagai tanda pembeda bersama-sama dengan palang merah dan bulan sabit
merah.
atau bisa juga dilihat disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar