Jumat, 12 September 2014

apa sih STRES itu?? mari kita cari tahu

PENGANTAR
Dewasa ini setiap orang berbicara tentang stres. Kita mendengar topik ini sebagai bahan pembicaraan sehari-hari, baik di radio, televisi, surat kabar dan diberbagai konferensi maupun di kalangan Universitas. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang mengerti konsep stres yang benar. Manager menganggap stres sebagai frustasi atau ketegangan emosi; pengatur lalu lintas pesawat berpendapat sebagai problem konsentrasi; seorang remaja yang kandas cita-citanya dan para atlit yang gagal berprestai karena ketegangan otot. Secara umum pengertian stres adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan itu berlebihan sehingga menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan demikian disebut dengan istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak dapat dihindarkan. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus mengalami distres.

Perubahan-perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi mempunyai dampak pada kehidupan. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut, pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya. Stres sendiri merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang demikian cepatnya dalam abad ke duapuluh satu ini, suatu ironi kehidupan. Manusia menciptakan berbagai macam produk untuk meningkatkan taraf hidupnya, untuk hidup lebih efisien, namun dalam proses memproduksi berbagai macam produksi, manusia harus menghadapi berbagai macam kondisi, yang dapat menimbulkan stres yang lebih banyak.

Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (di rumah, di tempat kerja atau lingkungan sosial lain), merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.

Makalah ini berupaya membahas masalah stres dan upaya penanggulangannya. Mula-mula akan dibahas arti dari stres, jenis stres, dampaknya terhadap individu. Akhirnya akan dijelaskan berbagai macam cara atau metode yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulangan stres.

* ARTI STRES
Istilah stres dalam fisika diartikan sebagai penggunaan kekuatan yang cukup besar terhadap suatu obyek atau sistem untuk merusaknya atau merubah bentuknya. Herbert Benson dalam bukunya “The Relaxation Response” memberi batasan stres sebagai “enviromental demands that require behavioral adjustment”. Batasan ini memberikan arti yang sama kepada stres sebagaimana artinya dalam fisika yaitu adanya suatu kekuatan di luar obyek yang terkena kekuatan tersebut. Dalam obyek timbul ketegangan tertentu untuk dapat mempertahankan bentuknya. Pada manusia kekuatan lingkungan juga menimbulkan ketegangan. Untuk dapat bertahan manusia perlu menyesuaikan perilaku dirinya. Jika tak berhasil dalam penyesuaian dirinya ia akan berubah bentuknya atau akan hancur.

Yang kurang diperhatikan dalam batasan di atas ialah kemampuan kognitif manusia. Manusia bukan merupakan organisasi yang secara refleks otomatis memberikan reaksi. manusia memiliki cognitive – appraisal system (Woolfolk & Richardson, 1979) sehingga ia memberikan arti kepada apa yang terjadi di lingkungannya. Peritiwa atau kejadian di sekitar kita perlu kita alami atau hayati sebagai suatu stres berdasarkan arti atau interpretasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, bukan karena peristiwa itu sendiri. Misalnya pelamar menghadapi wawancara seleksi. Ada pelamar yang menghayati wawancara seleksi ini sebagai suatu stres, pelamar lain sama sekali tak merasakannya. Yang merasakan wawancara seleksi sebagai suatu stres memberikan arti bahwa wawancara seleksi ini dapat merubah kehidupannya. Kalau hasil wawancara diterima, ia akhirnya akan mendapat pekerjaan. Jadi lingkungan hanya memberikan tuntutan (yang menimbulkan stres), jika tuntutan tersebut dipersiapkan atau dihayati sebagai tuntutan. Tuntutan juga tidak akan menimbulkan stres, jika tuntutan tersebut dipersepsikan sebagai tak berarti, atau jika tak ada suatu akibat apa pun.

Seorang tenaga kerja melanggar suatu peraturan tak mengalami pelanggarannya sebagai suatu stres, karena melihat tak akan ada sanksi terhadap perbuatannya. Selain tuntutan lingkungan harus dipersiapkan sebagai tuntutan dan dipersepsikan akan mempunyai akibat yang merugikan, timbulnya stres juga ditentukan oleh sejauh mana seseorang menganggap bahwa ia dapat atau mampu memberikan jawaban yang berhasil terhadap tuntutan tersebut. Seorang salesman yang harus mencapai sasaran penjualan produk minimum dalam satu bulan, tak akan mengalami stres jika ia merasa yakin ia mampu menjual produk lebih banyak dari yang ditentukan. Sebaliknya jika ia merasa tak mampu mencapai sasaran tersebut, karena berbagai macam hal (misalnya belum berpengalaman, atau daerah penjualannya “kering” dan sebagainya), maka ia akan mengalami stres. Dapat disimpulkan bahwa stres bukan terletak di luar diri kita, di lingkungan kita, melainkan terletak dalam diri kita sendiri.
Aspek lain dari stres ialah bahwa stres membuat organisme waspada, siaga atau aktif, menggerakkan organisme. Penggerakan ini dapat bercorak intelektual, emosional, faali, atau perilaku. Seorang staf dari bagian penelitian dan pengembangan yang mengalami stres karena masalah kualitas produk yang harus ditingkatkan dapat mencapai tingkat kesiagaan intelektual yang tinggi, lebih tinggi dari biasanya. Jika tenaga kerja merasa terancam akan kena Pemutusan Hubungan Kerja, akan timbul reaksi emosional.
Pergerakan faali akan terjadi setiap kali orang mengalami stres. Bila terjadi kebakaran maka orang langsung memperhatikan bentuk perilaku penyelamatan (memadamkan kebakaran atau lari). Pergerakan yang sering dikaitkan dengan stres adalah fight-or-flight-response (jawaban lawan – atau – lari). Jawaban lawan-atau-lari merupakan pola terkoordinasi dari jawaban-jawaban yang terjadi jika badan menghadapi suatu keadaan darurat. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang dapat bereaksi menghadapi (melawan) stres atau menghindari (meninggalkan/lari) dari stres.

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas dapat diberikan batasan dari Woolfolk & Richardson (1979) yaitu bahwa stres adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidak senangan, yang menggerakkan, menyiagakan, atau membuat aktif organisme.

* JENIS STRES
1. Stres dapat bersifat organobiologik (fisik), seperti :
  1. kelelahan fisik, seorang karyawan swasta yang kuliah lagi.
  2. rudapaksa fisik, kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan pada seseorang.
  3. gizi kurang (malnutrition), seperti anak Somalia dengan tatapan mata yang sayu.
  4. penyakit infeksi, penyakit tipus sering diikuti dengan tingkah laku sangat gelisah.
  5. tindakan operasi, operasi payudara dapat menyebabkan stres berat pada seorang wanita.
2. Stres juga dapat bersifat psiko-edukatif.
Ini berarti ia berasal dari alam psikologik (kejiwaan) dan alam pendidikan (edukasi) dari individu yang bersangkutan. Walaupun jenis-jenis stres itu dapat disebutkan satu demi satu, perlu diketahui bahwa semua jenis stres itu berpengaruh secara menyeluruh (integratif) terhadap perilaku individu. Dengan demikian, tidak jarang dapat ditemukan suatu “pola stres” tertentu :

i) Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan urban/modern.
  • konflik menantu dan mertua yang berkelanjutan, karena berbagai ketidakcocokan padahal tinggal bersama.
  • ibu-rumah tangga yang frustasi tidak boleh bekerja lagi padahal berpendidikan tinggi.
ii) Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan “rendah diri” sehingga individu “benar-benar” merasa dirinya terpukul “Antara lain dapat disebabkan kegagalan dan rasa rendah diri di mana terasa sekali bahwa “ideal yang diidam-idamkan” tidak mungkin tercapai, contoh: remaja putri yang tidak berhasil dalam sipenmaru.
iii) Berbagai kondisi kehilangan “status” dan perasaan dirinya “cacat” atau “habis riwayatnya”. Umpamanya bila orang benar diberhentikan dari posisinya, benar kehilangan sebagian besar keuangannya yang dihimpunnya selama hidupnya, benar kehilangan kawan karib/kawan seperjuangan/istri atau suami yang sangat dicintainya. Begitu pula seorang suami yang tertekan karena karier dan penghasilan istri melesat tinggi dibandingkan dengan dirinya.

iv) Berbagai kondisi iri hati karena dalam membandingkan diri dengan orang lain / pihak lain (status, posisi, kekayaan, dll). Misalnya seorang karyawan yang mempunyai kemampuan dan pendidikan lebih tinggi hanya menduduki jabatan yang lebih rendah, sedangkan yang berada diposisi tersebut kurang kemampuannya tetapi masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan kantor.

v) Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang menentukan kehidupan, umpama: penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi, kondisi cacat (handicap). Misalnya seorang ibu walaupun cukup menarik tetap merasa kurang karena hidungnya yang kurang mancung.

vi) Berbagai kondisi perasaan bersalah/berdosa. Tidak jarang berhubungan dengan kode moral etik yang dijunjung tinggi secara pribadi, tetapi gagal dianut dalam praktek. Seseorang yang tergoda orang ketiga sewaktu pasangannya sedang tugas belajar kemudian merasa berdosa karena menghianati suaminya.

* 3. Stres sosio-kultural
  1. Kehidupan modern menempatkan individu-individu dalam suatu “kancah stres sosio-kultural” yang cukup besar. Perubahan-perubahan sosial / ekonomi dan sosial budaya berdatangan secara bertubi-tubi. Berbagai kondisi stres dapat dikemukakan secara lebih terperinci, diantaranya :
  2. Berbagai fluktuasi ekonomi dan akibatnya (menciutnya anggaran rumah tangga; pengangguran; kegelisahan tertentu yang menimpa pribadi individu maupun kelompok, dan lain-lain). Bayangkan seorang istri yang harus mengatur gaji untuk kebutuhan 1 (satu) bulan semakin bingung karena kenaikan gaji yang diterima tidak memadai dengan kenaikan barang kebutuhannya.
  3. Kesenjangan hidup keluarga
  4. Berbagai indikator sosial kultural dapat dipergunakan untuk menilai hal tersebut, diantaranya jumlah perceraian; konflik yang mengakibatkan keretakan rumah tangga, berbagai kekecewaan dan sebagainya. Pengaruh urbanisasi dan modernisasi dengan peningkatan tuntutan dan efisiensi hidup dan finansiil / materiil tidak jarang melandasi kehidupan keluarga. Demikian pula tidak terpenuhinya hal-hal di bidang lain, “peranan” yang diharapkan dijalankan oleh pihak suami/istri mertua/orang tua/anak/menantu dan lain-lain.
  5. Ketidakpuasan bekerja
  6. Dalam hubungan dengan kepuasan bekerja ternyata cukup banyak orang menganggap hal itu hanya “sekedarnya” apa boleh buat “merasa terpaksa karena tuntutan hidup”, sehingga mungkin tidak lebih dari 1/4 atau 1/3 jumlah tenaga kerja benar-benar yakin bahwa ia memperoleh kepuasan bekerja dalam menjalankan profesi/pekerjaannya. Salah satu faktor tersusupnya secara makin infiltratif yang disebut “teknologi modern” (menengah atau tinggi) yang makin menggolong-golongkan individu dalam segmen-segmen kerja yang anonim tanpa kemungkinan kreativitas yang sungguh-sungguh kecuali mengikuti petunjuk-petunjuk yang sudah dibakukan secara ketat. Karena itu pengaruh dan fungsi kesehatan jiwa makin terasa penting.
  7. Persaingan yang tajam, keras dan kadang tidak sehat
  8. Sukses yang dicapai berbagai orang tidak selalu disebabkan karena keunggulan-keunggulan yang obyektif. Bila latar belakang itu diketahui oleh lingkungan luas, maka sukses “semu” yang dicapainya itu dapat menimbulkan stres-stres tertentu. Oleh sebab itu, mungkin suatu pendekatan yang lebih merata dan “sportif” dapat lebih mengikat hati, dihargai dan mempesona. Walaupun demikian, dalam masyakarat umum yang dijadikan “idola dan idealisme” sering mereka yang sudah berhasil menggondol hadiah utama atau posisi puncak.
  9. Diskriminasi
  10. Walaupun telah dibuka kesempatan yang sama antara pria dan wanita, kadang-kadang masih dijumpai diskriminasi dalam karier untuk tenaga kerja wanita yang tentunya dapat menghambat potensi individu tersebut.
  11. Perubahan sosial yang cepat
  12. Perubahan cepat tidak senantiasa perlu berakibat buruk, bila disertai dengan penyesuaian yang memadai di bidang etik dan moral konvensional. Bila kesejajaran ini tidak harmonis, maka pola kehidupan konvensional akan senantiasa merasa terancam dengan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Dalam kondisi terburuk, maka nilai-nilai materialistik akan mendominasi sehingga nilai-nilai religius – moralitik – spiritualistik terpengaruh dan melemah karenanya. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya “benturan konflik”. Sebagian diungkapkan, dan untuk sebagian sekedar disimpan dalam hati untuk ditanggung dalam alam perasaan individu atau kelompok.
* KEPRIBADIAN Yaitu kumpulan corak kebiasaan yang digunakan seseorang untuk bereaksi terhadap rangsang baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dan corak kebiasaan ini bersifat khas pada masing-masing individu.
Corak kepribadian yang relatif mudah atau peka ialah :
  1. Orang yang bersifat hati-hati, takut gagal, takut memperoleh hinaan dan kesalahan.
  2. Seseorang workaholic, seseorang yang senang sekali bekerja (tipe A)
  3. Seseorang dengan kebutuhan untuk keberhasilan yang tinggi.
  4. Seseorang yang kaku dalam proses berpikirnya, kurang lentur (rigid)
  5. Orang yang sedang mengalami krisis tengah umur (midlife-crisis)

TANGGAPAN TUBUH TERHADAP STRES (Daya Adaptasi).

Menurut Selye, stres merujuk pada suatu reaksi yang kompleks di pihak organisme terhadap pengaruh atau dampak non-spesifik dari lingkungan (pengaruh atau dampak itu dinamakan “stresor” atau “stimulus”). Sesuai dengan berat ringannya stres dan lama-singkatnya stres berlangsung, tubuh menanggapinya dalam tiga tahap.

*
1. Tahap “reaksi peringatan atau alarm” (tanggapan terhadap bahaya).

Tanggapan ini berfungsi untuk mengerahkan sumber daya tubuh melawan stres. Pada awal tanggapan terhadap bahaya itu, untuk sesaat reaksi tubuh turun di bawah normal. Misalnya, tekanan darah, detak jantung, pernapasan berkurang. Tetapi reaksi tubuh itu segera berbalik naik. Darah mengalir lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat, pernafasan lebih cepat, keringat banyak keluar. Hal ini terjadi misalnya waktu kita menghadapi keadaan darurat misalnya hampir terlanggar kendaraan waktu mau menyeberang jalan. Pada tahap ini, biasanya orang berjuang mengatasi stres dengan melawan (fight) atau lari (flight) dari sumber stres. Reaksi tubuh terhadap stres yang tinggi ini tak mungkin bertahan lama. Maka bila stres terlalu keras dan tak terhindarkan, serta reaksi tubuh yang intens tetap tak berkurang, organisme tubuh dapat hancur dalam beberapa saat, jam atau hari. Jika tahap ini dapat diatasi, maka menyusul :

* 2. Tahap “adaptasi atau resistensi”
Gejala-gejala semula menghilang. Terjadi penyesuaian dengan perubahan lingkungan, dan bersangkutan dengan ini terciptalah suatu peninggian “daya tahan”. Dampak stresor atas organisme berkurang atau dinetralisasi. Tubuh tidak banyak menunjukkan gejala-gejala stres, seolah-olah biasa saja. Tetapi tubuh yang sudah menahan stres itu menjadi lemah jika menghadapi stres baru, sehingga mudah terkena penyakit.

* 3. Tahap “kelelahan” (exhaustion)
Cadangan adaptasi yang tersedia dalam organisme telah terpakai habis. Sekarang timbul penyakit misalnya hipertensi, tukak lambung, encok, asthma, reaksi allergi, penyakit jantung dan disebut sebagai “penyakit adaptasi”.

* DAMPAK STRES
Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa terganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan, yaitu menderita penyakit fisik :

– Tekanan darah tinggi
- Sakit jantung - Sesak nafas (Asthma Bronkhial) - Radang usus, tukak lambung atau usus. - Sakit Kepala (Tension Headache) - Sakit eksim kulit (Neurodermatitis) - Konstipasi - Arthritis - Kanker, dll.
* UPAYA PENCEGAHAN STRES
  1. Jaga kesehatan fisik dengan makanan bergizi, cukup istirahat dan olahraga
  2. Mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME, hidup dalam pengharapan dan iman serta menjalankan ajaran Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Menerima segala peristiwa dalam kehidupan sebagai pelajaran dan dapat mengambil hikmahnya.
  4. Jika mempunyai masalah yang melibatkan emosi, cepat selesaikan dengan cara yang benar. Jangan memendam emosi dan konflik.
  5. Belajar tidak egois dan selalu mau menolong orang lain
  6. Percaya diri, tidak rendah diri dan senang dengan dirinya (dapat menerima diri apa adanya)
  7. Nikmati, hayati, syukuri tiap-tiap menit yang berlalu (here and now, masa depan adalah serial dari masa sekarang)
  8. Pupuklah benih-benih cinta (kasih sayang)
  9. Kembangkan rasa humor
  10. Carilah nilai-nilai perjuangan dalam hidup, sehingga kita dapat menghadapi kehidupan dengan ulet dan tahan bantingan.


sumber dari sini

hati-hati jangan nge Fans secara berlebihan

 Kecintaan terhadap idola alias ngefans


Mungkin kita pasti punya mempunyai seorang idola, dia bisa menjadi idola kita karena pasti ada beberapa faktor dan beberapa alasan tertentu. Kita tidak bisa memungkiri bahwa kita punya seseorang yang dikagumi, di idolai bahkan sampai dicintai. Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Begitu kata orang. Tapi bagaimana jadinya kalau kita jatuh cinta sama idola kita? Apakah hal tersebut wajar atau sudah termasuk tahap delusional.

Tetapi sebelum saya membahas itu semua alangkah baiknya kita mengulas terlebih dahulu mengapa kita sampai mengidolai dan naksir dengan idola kita, kita ambil dari sudut pandang psikologis. Menurut psikolog Tika Bisono, mengidolakan seseorang itu wajar. Jadi kita nggak perlu merasa aneh ketika kita melihat dinding kamar seseorang dipenuhi dengan oleh poster idolanya. “Hampir seluruh remaja normal di dunia akan memasang poster idolanya di kamar. Poster ini bahkan lebih banyak disbanding foto keluarganya sendiri,” katanya. Masih menurut Tika, seseorang bisa sampai naksir atau suka kepada idolanya karena beberapa hal, yaitu: 

1. Menemukan ideal self dalam diri idola. Mengidolakan seseorang adalah cara kita buat mencari jati diri. Idola yang kita lihat di layar kaca merupakan sosok tanpa cela yang terlihat sempurna. Dengan kata lain, sosok idola bakal menjadi ideal self buat diri kita yang sesungguhnya. Karena idola biasanya memiliki kelebihan yang nggak kita atau orang lain sekitar kita miliki.

2. Ingin seperti idola. Kelebihan idola yang mengagumkan bikin kita membandingkan diri kita dengannya. Misalnya, ketika idola jago bermain musik, kita pingin punya kemampuan serupa. Karena secara tidak sadar kita ingin dipuja oleh banyak orang seperti halnya dengan idola kita.

3. Menemukan sosok cowok/cewek impian. Seorang idola ditampilkan sebagai sosok yang tampan, cantik, ramah, punya segudang bakat sehingga dikagumi banyak orang. Hal ini yang membuat kita naksir berat dengan idola kita.

FANS YANG KELEWAT BATAS

Setelah kita membahas mengapa seseorang ngefans dan mengidolai seseorang dari sudut pandang psikologis, maka saya akan membahas fans yang kelewat batas. Ada kalanya secara tidak sadar kadang-kadang kita kelewat batas dalam ngefans atau mengidolai seseorang, Tika Bisono mengatakan, seseorang sering melakukan hal yang ekstrem ketika berhubungan dengan idolanya. Sebagai fans, kita mungkin melakukan hal seperti menangis dan teriak saat bertemu dengan idola kita, menanti kedatangan idola di bandara atau di hotel tempat dia menginap, serta pamer soal kebehatannya di depan orang lain. Meskipun kesannya berlebihan, tapi ini masih dianggap normal. Nah, akan menjadi tidak normal kalau sudah melakukan hal-hal yang di luar batas kewajaran. Menurut Tika, fans yang kelewat batas akan mengalami 3 tahap perilaku yang abnormal, yaitu: 

Tahap 1: menjadi stalker (penguntit)
Seorang stalker akan menguntit kegiatan idolanya. Hal ini bisa dimulai dari taraf ringan misalnya seperti bersikap layaknya paparazzi yang memotret idola kita secara diam-diam. Pada taraf yang parah, seorang fans bisa sampai memasang GPS (Global Positioning System) di mobil idola secara ilegal agar mengetahui kemanapun idola kita pergi. Hal ini pernah terjadi pada seleb K-Pop yang dikuntit oleh fansnya yang terobsesi secara berlebihan.

Tahap 2: bersikap posesif
Fans akan menganggap idola sebagai milik pribadi, sehingga tidak ada satu pun yang boleh memilikinya. Hal ini dapat berakibat fatal dan membahayakan orang lain termasuk sang idola itu sendiri. Contoh yang paling ekstrem adalah yang sampai menyebabkan terbunuhnya idola karena sikap posesif fans, seperti yang dilakukan oleh salah seorang fans John Lennon yang membunuh idolanya sendiri.

Tahap 3: menjadi delusional
ini adalah tahap yang paling berbahaya dalam kondisi fans yang berlebihan. Dalam psychology today disebutkan bahwa delusional adalah suatu kondisi ketika kita percaya pada suatu hal yang kita khayalkan sehingga tidak bisa memisahkan antara khayalan dan kenyataan. Misalnya, ketika kita percaya bahwa cowok/cewek ideal bagi kita adalah yang mirip dengan idola kita itu. Dalam kondisi yang sudah parah, kita bahkan sampai merasa memiliki hubungan khusus dengan si idola.

Jika melihat dari sudut pandang yang lain, misalnya dari sudut pandang sosiologis kita mengidolai seseorang merupaka suatu hal yang wajar mengingat kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan  yang lainnya, namun interaksi dengan idola kita terbatas karena adanya perbedaan kemampuan dan status sosial dengan idola kita sehingga interaksi yang terjadi pun tidak seperti kita berinteraksi dengan orang yang yang sama dan status sosial yang sama dengan kita.

Dari sudut pandang ekonomi, dengan mengidolai seseorang kita akan rela menghabiskan uang untuk membeli berbagai macam aksesoris, merchandise dsb yang berkaitan dengan idola kita hal ini dilakukan karena merupakan salah satu wujud kecintaan kita kepada idola kita. Tapi selain itu ada sisi positifnya dimana kita bisa rajin menabung dan menghemat pengeluaran yang dimana uang yang kita tabung untuk membeli berbagai macam aksesoris, merchandise dsb yang berkaitan dengan idola kita.

Dari sudut pandang hukum, kadang ketika pada saat menonton konser atau pertunjukan idola kita, kita secara tidak sadar melanggar ketertiban umum, sehingga akhirnya menimbulkan keributan dengan orang lain. Kemudian ketika kita ngefans yang sudah diluar batas bisa saja seseorang nekat melakukan pelanggaran hukum misalnya memasang GPS (Global Positioning System) di mobil idola secara ilegal bahkan yang sampai ekstrim sekalipun yaitu melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap idola.

BAHAYA JATUH CINTA ATAU NGEFANS YANG BERLEBIHAN PADA IDOLA

Sesuatu yang berlebihan pasti akan memiliki efek negatif. Oleh karena itu kita harus waspada ketika cinta terhadap idola membuat kita menjadi delusional. Bahaya itu seperti:

1. Tidak punya kehidupan sosial, karena terlalu terpesona sama idola kita, sampai mengabaikan orang lain di sekitar kita. Kita tidak mau bergaul sama orang yang tidak suka sama idola kita. Bahkan sampai menolak semua cowok/cewek yang kita rasa tidak sehebat idola kita.

2. Membahayakan diri sendiri dan  orang lain. Menurut konselor dan terapis Emotional Freedom Technique (EFT) Anggia Christanti Wiranto, kelakuan fans fanatic seringkali tidak bisa dijelaskan dengan alasan logis dan realistis. Seorang fans yang delusional tidak akan segan buat melakukan hal jahat kepada orang-orang yang menyakiti idolanya. Sehingga membahayakan keselamatan orang lain. Selain itu ketika idolanya meninggal dunia, fans delusional akan memutuskan bunuh diri agar bertemu lagi dengan idolanya di alam lain.

3. Menjurus kepada skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi ketika khayalan dan kenyataan tercampur baur sehingga tidak bisa membedakan keduanya. Fans delusional tahap akut tidak akan bisa membedakan antara realitas kehidupan idola di balik layar dengan khayalan yang ia ciptakan. Seseorang menjadi delusional karena tidak bisa menyalurkan kekagumannya secara berlebihan terhadap idolanya.
Sebenarnya ada banyak cara yang dapat kita lakukan agar kita tidak mengalami delusional dan bisa menyalurkan kekaguman kita terhadap idola, seperti:

1. Mulai membuka diri. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama. Jadi kita tidak akan menemukan orang seperti idola kita dimanapun. Masih banyak cowok/cewek keren yang ada di sekitar kita, yang punya kelebihannya sendiri.

2. Terima kalau dia “hanya” idola. Sebesar apapun rasa cinta kita sama idola tetap yang paling tinggi adalah rasa cinta kita terhadap ALLAH SWT dan Rasulnya, dan kita tetap harus bisa realistis dan menerima sosoknya yang sulit dijangkau. Kita bisa mengagumi karyanya dan memotivasi diri agar kita bisa berprestasi seperti dirinya.

3. Be creative. Salurkan khayalan yang kita punya dengan cara yang kreatif seperti fans fiction ataupu lukisan idola. Siapa tahu kita bisa menemukan bakat yang selama ini terpendam.

4. Mendukung sang idola. Kita bisa juga memperlihatkan rasa sayang dan kagum kita ke idola dengan cara lain yang lebih positif. Misalnya, dengan selalu membeli CD music aslinya, selalu dating ke konser yang dia adakan, selalu mengikuti perkembangan sang idola kita, follow social media yang dia miliki. Dengan begitu kita akan selalu bisa mendukung dia untuk terus berkarya.

Well ngefans itu merupakan sesuatu hal yang wajar dan alamiah, setiap orang pasti punya idolanya masing-masing. Tetapi alangkah baiknya kita ngefans sesuatu dalam koridor yang normal dan positif agar kita tidak hanya sekedar fans yang delusional semata.


sumber : dari sini

Kamis, 11 September 2014

kabaret JRC Sabale tahun 2014

inilah penampilan kita di kabaret MOPD SMPN 1 Baleendah tahun 2014
silahkan di buka aja video kabaret JRC SABALE
Video ini terinspirasi dari lagu CEMEN 5 yang dinyanyikan oleh Bintang Lazuardy dan Dicky Marteen, keduanya adalan penyiar dari Radio Cosmo 101.9FM Bandung Pop Etnik 


Phobia itu adalah..................................

 Kita cari tahu yuks apa itu fobia????


Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia, subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Fobia sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi sosial dan ini tidak disebebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).[1]
Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. Pada fobia terjadi salah-pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi.[1] Ada banyak macam fobia yang dinamakan menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas yang hebat daripada mengungkapkan ganguannya.[1]
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
  • afrophobia - ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
  • agoraphobia - takut pada lapangan
  • antlophobia - takut akan banjir.
  • bibliophobia - takut pada buku
  • caucasophobia - ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
  • cenophobia - takut akan ruangan yang kosong.
  • claustrophobia - takut akan ruang sempit seperti lift.
  • dendrophobia - takut pada pohon
  • ecclesiophobia - takut pada gereja
  • felinophobia - takut akan kucing
  • genuphobia - takut akan lutut
  • hydrophobia - ketakutan akan air.
  • hyperphobia - takut akan ketinggian
  • iatrophobia - takut akan dokter
  • japanophobia - ketakutan akan orang jepang
  • lygopobia - ketakutan akan kegelapan
  • necrophobia - takut akan kematian
  • panophobia - takut akan segalanya
  • photophobia - ketakutan akan cahaya.
  • ranidaphobia - takut pada katak
  • schlionophobia - takut pada sekolah
  • uranophobia - ketakutan akan surga
  • xanthophobia - ketakutan pada warna kuning
  • arachnophobia - ketakutan pada laba-laba
  • lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran



Sumber : wikipedia

VERTIGO

Kali ini kita akan membahas penyakit Vertigo, apa itu Vertigo???
mari kita cari tahu



Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebella


Definisi

Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar (2). Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.
Kelainan ini terjadi karena gangguan keseimbangan baik sentral atau perifer, kelainan pada telinga sering menyebabkan vertigo. Untuk menentukan kelainan yang menyebabkan vertigo, dokter THT-KL biasanya akan melakukan pemeriksaan ENG (elektronistagmografi).

Gejala

Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.

Penyebab dan Diagnosa

Vertigo patogologis bisa bermacam-macam jenis. Ada yang sementara atau persisten, fungsional atau struktural penurunan nilai vestibular atau nilai visual, atau sistem proprioseptif sistem atau dari pusat integratif mealui suatu mekanisme juga menyebabkan "ketidakcocokan". Dengan kata lain banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan diagnosis vertigo.Evaluasi vertigo memiliki dua tujuan mendasar yakni: menentukan lokalisasi sumber asalnya dan menentukan etiologinya/penyebabnya.
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang memengaruhi keseimbangan dan pendengaran.Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang. Jika diduga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

Jenis

Vertigo terbagi menjadi beberapa jenis namun secara umum berdasarkan keterlibatan vestibulum, Vertigo terbagi menjadi 2 jenis yakni vertigo direk/vestibuler dan vertigo indirek/non-vestibuler.

Vertigo vestibuler

Memiliki karakteristik: lesi di bagian perifer dari apparatus vestibuler seperti: organ vestibuler atau saraf vestibulokoklear. Pasien merasa lingkungan sekitarnya berputar (oscillopsia),rasanya naik turun seperti berada di atas kapal. Vertigo vestibuler seringkali diikuti dengan gejala otonom seperti nausea dan muntah serta nistagmus. Lesi vestibuler juga ada yang di bagian sentral contohnya lesi pada nukleus vestibuler di batang otak. Lesi sentral vestibuler juga bisa menyebabkan vertigo direk, akan tetapi secara umum lebih ringan dibandingkan lesi perifer. Gejala otonom juga cenderung lebih minim atau bahkan tidak ada.

Vertigo posisi jinak(benign paroksismal positional vertigo)

BPV sejauh ini merupakan penyebab paling umum dari vertigo. Merupakan hasil dari kristal kalsium karbonat yang mengambang bebas yang secara tidak sengaja memasuki lengan panjang kanalis semisirkularis posterior. Normalnya kristal ini melekat pada makula utricular. Dengan adanya perubahan posisi, kristal bergerak dalam endolymph dan menggantikan cupula sehingga menyebabkan vertigo.

vestibulopathy perifer akut (neuritis vestibular)

Merupakan jenis pemnyakit epidem dan dapat mempengaruhi beberapa anggota keluarga yang sama sekaligus. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada musim semi atau awal musim panas. Faktor-faktor resiko ini menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan infeksi virus dan studi patologis menunjukkan atrofi dari satu atau lebih dari batang saraf vestibular, yang paling sesuai dengan proses infeksi atau pascainfeksi.

Sindrom Meniere

Berdasarkan Temuan patologis, prinsip dari penyakit ini adalah peningkatan volume endolimfe yang berhubungan dengan distensi seluruh sistem endolimfatik (hidrops endolymphatic). Pecahnya membran labirin mungkin dapat menjelaskan karakteristik mendadak dari episode-episode pada sindrom ini.

Vertigo nonvestibuler

Vertigo nonvestibuler seringkali sulit dideskripsikan secara jelas oleh pasien. Pasien biasanya mengeluhkan rasa pusing, kekosongan di kepala, dan gelap pada mata. Kondisi oscillopsia dan gejala otonom tidak pernah ditemukan. Lesi pada bagian saraf pusat dapat menyebabkan nistagmus patologis Vertigo nonvestibuler bisa disebabkan lesi pada bagian nonvestibuler dari sistem regulator keseimbangan atau bisa juga disebabkan kesalahan proses informasi di sistem saraf pusat(misal karena lesi cerebelar). Hipotensi ortostatik dan stenosis aorta dapat menjadi penyebab vertigo nonvestibuler.

Migrain

Vertigo yang disebabkan karena migrain dikarenakan Vasospasme atau cacat metabolik yang diturunkan.

Insufisiensi Vertebrobasilar

Biasanya disebabkan oleh aterosklerosis pada arteri subklavia, tulang belakang, dan basilar. Vertigo juga umum dihubungkan dengan infark batang otak lateral atau otak kecil.

Tumor sudut cerebellar-pontine

Tumor ini tumbuh lambat, memungkinkan sistem vestibular untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi. Sehingga manifestasi klinis yang dihasilkan biasanya berupa sensasi samar ketidakseimbangan bukan vertigo akut.

Pengobatan

Pengobatan tergantung kepada penyebabnya.Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat di atas bisa menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam bentuk plester menimbulkan efek kantuk yang paling sedikit.

Sumber : wikipedia